Pendidikan menurut ki hajar dewantara adalah tuntunan dalam hidup tumbuhnya anak. Pendidikan itu menuntun segala kodrat yang dimiliki anak baik kodrat alam maupun kodrat zaman agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya sebagai manusia mandiri maupun masyarakat. Dari pengertian diatas bahwa pendidikan menurut ki hajar dewantara ada beberapa penjabaran yang dapat saya rangkum ada 5 hal utama yaitu:
Pendidikan yang menuntun
Pendidikan yang sesuai dengan kodrat anak
Penddikan diibaratkan petani
Pendidikan budi bekerti
Pendidkan yang berhamba pada anak
Pandangan awal terhadap siswa
sebelum mempelajari modul 1.1 dalam pembelajaran yang saya lakukan di sekolah siswa
adalah objek bagi saya sebagai seorang guru yang harus diberikan perlakuan khusus dan memandang bahwa yang saya lakukan
itu adalah kebaikan bagi mereka karena berdasarkan pengalaman – pengalaman
mengajar sebelum dapat diambil kesimpulan semua siswa sama saja. Jika saya
berikan pembelajaran seperti ini pasti semua siswa bisa dan akan paham apa yang
saya sampaikan. Pendidikan yang saya
sampaikan harapannya akan selalu dikenang dan menjadi hal yang bermanfaat bagi
mereka di masa mendatang. Dalam mendampingi siswa saya merasa puas dengan apa
yang telah saya lakukan selama ini, meskipun ada yang belum bisa dalam
pembelajaan saya anggap tidak mengapa hanya satu dua orang tidak akan
mempengaruhi apapun ke depannya nanti.
Berkaitan dengan Kriteria ketuntasan minimal yang selama ini ada saya berpikirnya KKM ini akan membatasi gerak dari pada seorang guru karena dalam mengajar pastinya akan mengejar KKM yang ada dan mengejar materi yang ada sementara siswa diajak berlari ya tidak bisa karena pembelajaran adalah proses yang panjang jika dalam mengajar seorang guru semacam berlari lalu apa yang akan didapatkan siswa. Meskipun demikian saya masih menjalankan apa yang saya sampaikan di atas namun tidak secepat kilat. Dalam hal pembelajaran saya percaya bahwa semakin banyak mereka berlatih akan semakin memunculkan keberaniam baru dalam diri mereka, saya menekan kan untuk anak-anak mencoba menyampaikan pendapat pada kelas saya, setiap pembelajaran pasti saya berikan kesempatan untuk berpendapat diantara teman-teman mereka.
Refleksi pembelajaran, sesuatu
hal yang kecil namun sangat berarti bagi pembelajaran yang dilaksanakan seorang
guru jarang untuk saya lakukan. Padahal jelas – jelas dari kegiatan tersebut saya
dapat mengetahui sejauh mana pemahaman siswa, apakah pembelajaran yang saya
lakukan sudah diterima dengan baik oleh siswa, apakah ada yang kurang dari
pembelajaran saya. Mungkin karena memang orientasi yang tertanam pada diri saya
bahwa siswa harus menyelesaikan materi dan setiap waktu yang ada saya
laksanakan untuk memberikan materi kepada siswa, sehingga saya tidak
memperhatikan hal sekecil itu.
Perubahan yang terpikirkan
setelah mempelajari modul 1.1 adalah orientasi pendidikan yang saya lakukan
adalah siswa saya. Siswa tidak hanya sebagai objek saja namun mereka dapat
bertindak sebagai subjek untuk menentukan seperti apa pembelajaran yang
diinginkan, kegiatan apa yang akan dilakukan sehingga menimbulkan semangat
mereka dalam belajar. Ketika siswa menjadi subjek maka tugas guru adalah
menjadi fasilitator sehingga apa yang akan dilakukan subjek dalam mencapai
tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan bantuan guru menyiapkan segala
sesuatunya dan tentunya dapat terarah. Guru memerdekakan siswa dalam belajar
namun tetap diberikan panduan panduan agar siswa tidak salah arah.Siswa
pastinya memiliki sifat -sifat bawaan baik dari keluarga maupun dari lingkungan
yang akan mereka bawa ke sekolah. Guru tidak dapat menolak sifat-sifat tersebut
dan sebuah kemustahilan jika guru menyampaikan disini kamu tidak diterima. Guru
harus berusaha semaksimalnya berdamai dengan sifat -sifat tersebut dan berusaha
menutupi dengan sifat – sifat yang baik, ingat hanya menutupi saja. Hal ini
sesuai dengan pemikiran KHD bahwa siswa mempunyai garis samar yang dapat guru
lakukan adalah menebalkan garis samar tersebut, jika gari samar yang ada adalah
perbuatan yang tidak baik maka jelas guru akan menebalkan dengan perilaku yang
baik.
Pendidikan adalah proses menuntun
dalam menuntun seorang guru diharapkan mempunya kesabaran yang tinggi, sabar
untuk menunggu siswa berjalan, sabar dalam mendampingi siswa berlari. Karena
dalam melaksanakan pendidikan kodrat anak tentunya berbeda-beda sehingga guru
tidak boleh lelah ataupun putus asa dalam mendampingi siswa. Jangan menganggap
apa yang kita lakukan itu sudah luar biasa sekali, dalam bahasa jawanya
“peng-pengan” atau istilah lain merasa paling berjasa dalam memberikan
pembelajaran pada siswa, karena jika kita sudah merasa berjasa maka dalam
pembelajaran yang kita lakukan maksimalnya ya hanya seperti itu. Dalam
pendidikan seorang guru haruslah mempunya effort yang lebih, lebih dan
terus lebih. Potensi dan bakat anak adalah hal yang mutlak untuk saya
kembangkan, namun dalam menemukan potensi dan bakat siswa ini yang menjadi
kendala, karena bakat dan potensi siswa tidak serta merta kelihatan dari satu
atau dua kali pengamatan. Guru haruslah jeli dan mendalami materi dalam
menemukan potensi dan bakat siswa.
Kecakapan abad 21 harus kita
tanamkan kepada siswa yang saya ajar karena memang kecakapan abad 21 adalah
bentuk kodrat zaman pada saat ini. Ditolak sekuat apapun kodrat zaman ini akan
terus berkembang untuk mempersiapkan hal tersebut maka kecakapan abad 21 wajib
hukumnya kita biasakan kepada siswa saya. Hal tersebut bertujuan agar siswa
mampu mandiri dalam menghadapi kehidupan setelah sekolah. Pemberdayaan
teknologi dalam pembelajaran mulai saya kenalkan kepada siswa saya saat ini
agar mereka tidak ketinggalan dalam memanfaatkan teknologi untuk penghidupan
yang lebih baik, karena kita tahu teknologi ibarat dua mata pisau memiliki sisi
positif maupun sisi negatif. Sehingga guru juga memiliki tanggung jawab supaya
siswa mendapatkan manfaat dari sisi positif perkembangan teknologi.
Perubahan yang dapat saya lakukan
saat ini adalah memberikan pembelajaran yang sepenuhnya berpihak pada siswa dan
tidak setengah-setengah karena mungkin saat ini yang saya lakukan baru
setengah-setengah. Sehingga perlu kesungguhan hati untuk sepenuhnya memberikan
pembelajaran yang berpihak pada siswa agar mendapatkan hasil maksimal dan dapat
mengimplementasikan pemikiran-pemikiran ki hajar dewantara secara kaffah. Dalam hal penggunaan teknologi saya akan
memberikan porsi yang lebih dalam pembelajaran yang memanfaatkan teknologi yang ada serta membuat paduan
paduan dasar agar siswa tidak terlalu mudah dalam mengambil materi dalam
internet utamanya dan juga dapat memanfaatkan teknologi dengan maksimal. Kemudian
merencakanan kegiatan pembiasaan yang dapat menguatkan karakter siswa kaitannya
untuk menebalkan laku siswa dan untuk menutupi coretan samar siswa yang kurang
baik. Dan melaksanakan refleksi pembelajaran secara penuh agar saya dapat
mengetahui sejauh mana siswa belajar dan kekurangan apa yang dilakukan dalam
pembelajaran. Sehingga pembelajaran yang selanjutnya akan dibuat lebih baik
lagi.
Dari uraian yang saya sampaikan
di atas dapat saya simpulkan bahwa pendidikan memang haruslah menuntun siswa bukan
memaksakan kehendak guru kepada siswanya. Pendidikan harusnya bisa lebih
memusatkan pembelajaran pada minat dan bakat siswa sehingga mereka mampu memaksimalkan apa yang sudah ada
dalam diri siswa untuk menyambut keselamatan dan kebahagiaan dalam hidupnya
baik sebagai individu maupun masyarakat. Dan yang tidak kalah penting adalah
penanaman karakter atau budi pekerti dalam pendidikan yang saat ini dilakukan
agar siswa tidak kehilangan arah disaat menyesuaikan diri dengan kodrat zaman
yang semakin berkembang dan terus berkembang. Sehingga mereka akan benar benar –
benar menjadi seseorang yang selamat dan bahagia.
No comments:
Post a Comment